BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manajemen memiliki pengaruh bagi
seseorang/sekelompok orang untuk bertindak. Sama halnya dengan manajemen,
kepemimpinan pun memiliki pengaruh bagi seseorang /sekelompok orang untuk
bertindak. Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan aktivitas secara
efisien dengan atau melalui orang lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas
suatu organisasi, sedangkan kepemimpinan muncul jika ada upaya mempengaruhi
seorang individu/kelompok dan berhubungan dengan perubahan. Menurut Danim
(2008: 3) pemimpin dipandang sebagai inti dari manajemen dan perilaku
kepemimpinan merupakan inti perilaku manajemen. Inti dari kepemimpinan adalah
pembuatan keputusan termasuk keputusan untuk tidak memutuskan. Kepemimpinan
akan berjalan jika ada keputusan yang akan dijalankan, demikian juga manajemen.
Ini berarti bahwa manajemen akan dapat mencapai tujuan jika dijalankan oleh
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Para pimpinan akan dilimpahi kewenangan
untuk menggerakkan dan mengendalikan orang-orang disekitarnya untuk mencapai
tujuan tertentu. Maka dengan kekuasaan yang diberikan pada seorang pemimpin
menjadi sangat penting. Seorang pemimpin sebagai individu akan berhadapan
dengan sejumlah individu lain yang berbeda-beda kepribadian, watak, dan
karakternya. Dalam keadaan yang demikian itu, maka pemimpin harus memahami,
menghargai, dan berusaha untuk menyatukan kepribadian yang berbeda-beda,
termasuk juga kepribadian yang ia miliki untuk bisa berada dalam satu usaha
bersama demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Maka sebenarnya kepemimpinan
menunjukkan keadaan yang sangat kompleks karena kepemimpinan tidak hanya
berkenaan urusan individu saja tetapi berkenaan pula dengan urusan orang
bannyak (sosial).
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam manajemen; perbedaan
kepemimpinan dan manajer yang sering disamakan dalam perspektif masyarakat
luas; kekuasaan, kewenangan dan gaya kepemimipinan; peran kepala sekolah
sebagai pemimpin dan manajer pendidikan; serta kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana
pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan apa perbedaan kepemimpinan dengan
manajer?
2. Bagaimana
keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan?
3. Bagaimana
kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen pendidikan?
4. Bagaimana
peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang efektif?
C. Tujuan
Berdasarkan masalah-masalah yang
dirumuskan, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan perbedaan antara
kepemimpinan dengan manajer
2. Untuk
mengetahui keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan
3. Untuk
mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen
pendidikan
4. Untuk
mengetahui peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang
efektif.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi
Penulis
Sebagai bahan acuan untuk menumbuhkan
jiwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
2. Bagi
Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan kepemimpinan yang efektif dalam manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kepemimpinan
Dalam bahasa Indonesia
"pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja,
tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah pemimpin adalah orang yang
mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Menurut Hikmat
(2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban
individu. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung
jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya
yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Owen dalam
Sudarmiani (2009: 33) menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non individu,
terjadi dalam interaksi dua orang atau lebih, dimana seseorang menggerakkan
yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang diinginkan.
Menurut Hikmat (2009: 11)Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif,
yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan orang yang memimpin organisasi disebut manager.
Perbedaan kepemimpinan dengan manajer
Manager
|
Leadership
|
1. Building
and maintaining an organizational structure (membangun dan
mengembangkan struktur organisasi)
|
Building and maintaining an
organizational culture (membangun dan
mengembangkan kultur organisasi)
|
2. Path-
following (merujuk pada alur kepengikutan)
|
Path- finding (merujuk
pada alur penemuan)
|
3. Doing
thing right (mengerjakan sesuatu yang benar)
|
Doing the right thing (mengerjakan
sesuatu dengan benar)
|
4. The
manager maintains, relies and control (mengedepankan pemeliharaan
dan pengendalian)
|
The leader develops, inspires trust(mengembangkan
dan menginspirasi kepercayaan)
|
5. A
preoccupation with the here-and-now of goal attainment (beranjak
dengan “disini dan sekarang” dari pencapaian tujuan)
|
Focused on the creation of a vision
about a desired future state (berfokus pada upaya
mengkreasi tentang masa depan yang diinginkan)
|
6. Managers
maintain a low level of emotional involvement (memelihara level
rendah keterlibatan emosional)
|
Leaders have empathy with other people
and give attention to what event and action means (mempunyai
empati terhadap orang lain dan memberi perhatian pada setiap peristiwa dan
makna tindakan)
|
7. Designing
and carry out plant, getting things done, working effectively with people (mendesain
dan membawa rencana, mendorong tindakan, dan bekerja efektif dengan orang)
|
Establishing a mission, giving a sense
of direction (memantapkan misi dan
membangkitkan rasa untuk mencapai arah tertentu)
|
8. Being
taught by the organization(mengembangkan pikiran dari organisasi)
|
Learning from the organization (belajar
dari organisasi)
|
Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert dalam
Danim (2008: 4-5)
b. Kekuasaan,
Kewenangan dan Gaya kepemimpinan
- Kekuasaan
Kekuasaan dalam arti yang sebenarnya
adalah kekuatan untuk mengendalikan orang lain sehingga orang lain sama sekali
tidak punya pilihan, karena tidak berdaya untuk menentukan diri sendiri atau
tidak mengetahui bagaimana memperoleh sumber daya yang mereka perlukan (Fattah,
2006: 76). Pelopor pertama yang mempergunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog
kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang
membuat seorang aktor dalam hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk
melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.
Walterd Nord merumuskan kekuasaan
sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia
untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dan tujuan lainnya.
Sedangkan Russel mengartikan kekuasaan sebagai suatu produksi dan akibat yang
diinginkan. Bierstedt mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan
kekuatan. Dahl mengatakan bahwa jika A mempunyai kekuasaan atas B, maka A bisa
meminta B untuk melaksanakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh B terhadap
A (Sudarmiani, 2009: 37-38).
Menurut Edgar H. Schein dalam Fattah
(2006: 76-77) kekuasaan tidak hanya diperoleh semata-mata dari tingkatan
seseorang dalam hierarki organisasi, tapi bersumber dari bermacam-macam jenis
psikologis kekuasaan yaitu:
1. Kekuasaan
yang memaksa, didasarkan pada kemampuan memberi pengaruh untuk menghukum
penerima pengaruh kalau tidak memenuhi permintaan.
2. Kekuasaan
imbalan, didasarkan pada kemampuan untuk memberi imbalan pada orang lain. Makin
besar kekuasaan imbalan, makin besar pengaruh yang memberi perintah.
3. Kekuasaan
jabatan, berhubungan dengan hak kelembagaan, terjadi apabila bawahan menerima
pengaruh mengakui bahwa atasan secara sah berhak untuk memerintah atau memberi
pengaruh dalam batas-batas tertentu.
4. Kekuasaan
ahli, didasarkan pada keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian yang
relevan dan tidak dimiliki oleh penerima pengaruh.
5. Kekuasaan
acuan, berpijak pada keinginan penerima pengaruh untuk meniru pemberi pengaruh.
6. Kekuasaan
pribadi, berpijak pada kualitas pribadi yang memberi pengaruh dan mendapat
tanggapan emosional yang sangat besar dari pengikut.
Sedangkan menurut Hersey dan Goldsmith
dalam Sudarmiani (2009: 40-41) ada tujuh kekuasaan yaitu:
1. Kekuasaan
paksaan adalah kekuasaan berdasarkan rasa takut. Pemimpin memiliki kemampuan
untuk mengenakan hukuman/pemecatan.
2. Kekuasaan
legitimasi adalah kekuasaan yang bersumber pada jabatan yang dipegang oleh
seorang pemimpin. Secara normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin,
semakin besar kekuasaan legitimasinya.
3. Kekuasaan
keahlian adalah kekuasaan yang bersumber dari keahlian , kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa
hormat, dan pengaruhnya terhadap orang lain.
4. Kekuasaan
penghargaan adalah kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk menyediakan
penghargaan atau hadiah bagi orang lain.
5. Kekuasaan
referensi adalah kekuasaan yang bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang
pemimpin. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya, pada umumnya
disenangi dan dikagumi orang lain karena kepribadiannya.
6. Kekuasaan
informasi adalah kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang
dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.
7.Kekuasaan hubungan adalah
kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan
orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar dan didalam organisasi.
- Kewenangan
Wewenang sering dikatakan otorita.
Otorita adalah hak yang dimiliki pimpinan atau pejabat tertentu untuk mengambil
keputusan, melakukan tindakan atau meninggalkan suatu tindakan (Hikmat, 2009:
265). Sedangkan menurut Newman dalam Fattah (2006: 75) wewenang merupakan hak
kelembagaan menggunakan kekuasaan dan wewenang dibedakan menjadi:
1. Wewenang
hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan hukum, mewakili
dan bertindak atas nama organisasi
2. Wewenang
teknis, yaitu seseorang dianggap pakar pada suatu hal
3. Wewenang
berkuasa, yaitu sumber utama yang berhak melakukan tindakan
4. Wewenang
operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melakukan tindakan tertentu.
Menurut Max Weber, ada tiga tipe dasar
kewenangan/otoritas resmi yaitu:
1. Otoritas
legal, rasional
Otoritas ini menyangkut keyakinan akan
legalitas pola aturan baku dan hak mereka yang tinggi untuk kewenangan sesuai
aturan pemerintah. Otoritas dipegang oleh perintah impersonal secara hukum dan
meluas ke orang dengan berdasarkan kantor mereka pegang. Kekuatan pejabat
pemerintah ditentukan oleh kantor-kantor yang mereka ditunjuk atau dipilih
karena kualifikasi masing-masing. Selama individu memegang kantor-kantor mereka
memiliki sejumlah kekuasaan tapi begitu mereka meninggalkan kantor
rasional-hukum otoritas mereka hilang.
2. Otoritas
tradisional
Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol
diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang
cukup diktator. Hal ini bisa agama suci atau spiritual
yang pelan-pelan berubah budaya atau suku keluarga atau struktur
marga jenis.
3. Otoritas
kharismatik
Otoritas karismatik ada ketika kontrol
orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang seperti keahlian
etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi karena
orang merasa ikatan emosional yang kuat kepada mereka (diunduh dari http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-rasional-legal-dan-karismatik/).
- Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam
Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Gaya kepemimpinan mempengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat mempengaruhi
anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara
pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinannya (Malawi, 2010: 55). Teori tentang gaya kepemimpinan ada tiga,
yaitu:
1. Teori
sifat (the trait theories)
Menurut Sutisna dalam Sudarmiani (2009:
42) teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau
keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif. Teori ini menyarankan
beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan
syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah tamahan,
integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi,
ketrampilan memimpin, dan kepercayaan (Tead dalam Malawi, 2010: 56).
2. Teori
perilaku (the behaviour theories)
Teori ini memfokuskan dan
mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam
gaya kepemimpinan yaitu:
a. Studi
kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White
menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:
Ø Otoriter: kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan oleh pimpinan
Ø Demokratis: kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama
Ø Kebebasan: kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dan diserahkan pada bawahan
b. Studi
OHIO
Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan
pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:
Ø Telling: banyak memberi perintah
tetapi sedikit memberi semangat
Ø Selling: banyak memberi perintah
dan semangat
Ø Participating: sedikit memberi
perintah tetapi banyak memberi semangat
Ø Delegating: sedikit memberi
perintah dan semangat
c. Studi
Michigan
Peneliti dari universitas Michigan
menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
Ø The job-centered: berpusat pada
pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja
Ø The employee-centered: berpusat
pada pegawai yang sangat menghargai pegawai, memperhatikan kesejahteraan, dan
kesehatan pegawai.
d. Manajerial
grid (jaringan manajerial)
Penelitian ini dilakukan oleh Robert R.
Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam gaya kepemimpinan
yaitu:
Ø Concern for production:
perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, kualitas
pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.
Ø Concern for people:
perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.
e. Sistem
kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan teori kepemimpinan
dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi individu. Emapat sistem
kepemimpinan menurut Likert adalah:
Ø Sistem 1: pemimpin sangat
otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan suka
mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.
Ø Sistem 2: pemimpin
otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae pendapat dari bawahan, memotivasi
dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan
pekerjaan dengan atasan.
Ø Sistem 3: pemimpin
mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan sedikit
partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan
atasan.
Ø Sistem 4: pemimpin bergaya
kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan,
mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide inovasi sehingga bawahan
merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/).
3. Teori
Situasional
Teori ini menitikberatkan pada berbagai
gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Gaya
kepemimpinan berdasarkan teori situasional adalah:
a. Teori
kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan
Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin bukan hanya
karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling
hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya kepemimpinan menurut
teori ini, yaitu:
Ø Gaya kepemimpinan yang
mengutamakan tugas
Ø Gaya kepemimpinan yang
mengutamakan hubungan kemanusiaan
Tiga faktor yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan yaitu:
˗ Hubungan
antara pemimpin dengan anggota
˗ Variabel
struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang
memiliki prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah
tersedia.
˗ Variabel
kekuasaan karena posisi pimpinan (Fattah, 2006: 96)
b. Teori
kepemimpinan tiga dimensi
Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang
merumuskan empat kelompok gaya dasar kepemimpinan yaitu:
Ø Separated: pemisah
Ø Dedicated: pengabdi
Ø Related: penghubung
Ø Integrated: terpadu
c. Teori
kepemimpinan situasional
Konsep kepemimpinan situasional pertama
kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang merupakan
pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada hubungan
antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan.
Gaya kepemimpinan berdasarkan teori ini yaitu:
Ø Gaya mendikte (telling):
diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan
petunjuk serta pengawasan yang jelas.
Ø Gaya menjual (selling):
diterapkan jika anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum
didukung oleh kemampuan yang memadai.
Ø Gaya melibatkan diri
(participating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan tetapi kurang
percaya diri.
Ø Gaya kendali bebas (delegating):
diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan
tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.
D. Peran Kepala
Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Pendidikan yang Efektif
Kepala Sekolah adalah pemimpin dan
pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah harus mampu
menjadi manajer yang efisien dan pimpinan yang efektif.
Pidarta dalam Sudarmiani (2009: 56)
menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai:
Ø Manajer sekolah. Kepala
sekolah harus mampu mengadakan prediksi masa depan sekolah, melakukan inovasi
untuk kemajuan sekolah, menciptakan kebijakan untuk mensukseskan
pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, menyusun perencanaan yang baik,
menemukan sumber dan fasilitas pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan pendidikan
Ø Pemimpin sekolah. Kepala
sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela
melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan
pimpinan dalam mencapai tujuan
Ø Administrator sekolah.
Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran, pengelolaan
kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan keuangan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
Ø Supervisor sekolah. Kepala
sekolah harus mampu memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual
ataupun berkelompok untuk memperbaiki pengajaran.
Pidarta dalam Malawi (2010: 71)
mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
untuk menyukseskan kepemimpinannya yaitu:
Ø Keterampilan konseptual
adalah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi
Ø Keterampilan manusiawi
adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin.
Ø Keterampilan teknik adalah
keterampilan dalam menggunakan pengetahuan metode, teknik, serta perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas tertentu
Selain itu kepala sekolah juga
mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarsa sung tuladha
yang artinya didepan memberi contoh yang baik, ing madya mangun karsa yang
artinya ditengah memberi semangat dan tut wuri handayani yang artinya
dibelakang menciptakan prakarsa atau ide-ide kreatif.
Beberapa kunci sukses kepala sekolah
untuk menjadi pemimpin dan manajer adalah:
Ø Mempercayai staf pengajar
Ø Mendelegasikan tugas dan
wewenang. Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap masalah, tetapi
tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri, karena dapat menyerahkan tugas
itu kepada wakilnya.
Ø Adiraga. Kepala sekolah
harus kuat secara fisik untuk dapat menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai
kepala sekolah.
Ø Membagi dan memanfaatkan
waktu
Ø Tanpa toleransi atas
ketidakmampuan. Kepala sekolah harus menetapkan standar-standar tertentu yang
harus ditaati oleh Para stafnya.
Ø Peduli dengan staf pengajar
Ø Membangun visi
Ø Mengembangkan tujuan
instittusi
Ø Cekatan dan tegas,
sekaligus sabar
Ø Berani instrospeksi
Ø Memiliki konsistensi
Ø Bersikap terbuka
Ø Berjati diri tinggi (Danim,
2008: 87-94).
0 Komentar untuk "MAKALAH MANAJEMEN"