A. Pentingnya Perilaku Toleransi
Toleransi sebagai alat pemersatu bangsa harus
dipupuk secara terus menerus dan konsisten. Salah satu agenda besar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk mewujudkan kesatuan dan
persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan umat beragama
dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antar umat beragama,
dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan itu bukan barang
gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di negeri
ini
Toleransi
sebagai Alat Pemersatu Bangsa Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar,
tetapi berapa banyak nyawa manusia tak bersalah juga melayang sia-sia. Kita
sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta secara aktif dalam menjaga
keutuhan bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat,
berpartisipasi dalam menjaga kerukunan, di mana saja kita berada dan kapan saja
waktunya
Rasulullah
Saw. bersabda dalam sebuah Hadis yang artinya: “Dari Anas ra. Sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari Muslim) . Melalui hadis di atas,
Rasulullah saw. mengajak kepada umat Islam untuk saling menghargai, saling
menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.
Terkait
pentingnya toleransi, Allah menegaskan dalam firman-Nya sebagai berikut :
Penerapan Hukum Tajwid
Arti kata/kalimat
“
Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al-Qur’an), dan
diantaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10:40)
“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu
(Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu
tidak bertanggungjawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak
bertanggungjawab terhadaap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus/10:41)
Q.S. Yunus/10:40 Allah Swt menjelaskan
bahwa setelah nabi Muhammad saw bedakwah, ada orang yang beriman kepada
Al-Qur’an dan mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang
disampaikan, tapi ada juga yang tidak beriman dan mereka mati dalam kekafiran.
Pada Q.S. Yunus/10:41 Allah Swt memberikan
penegasan kepada rasul-Nya, bahwa jika mereka mendustakanmu, katakanlah bahwa
bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian, kalian berlepas diri dari
apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.
Allah swt maha adil dan tidak pernah zalim, bahkan dia memberi kepada setiap
manusia sesuai dengan apa yang diterimanya.
Dari
penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut
1. Umat
manusia yang hidup setelah diutusnya nabi Muhammad saw terbagi menjadi 2
golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci
yang disampaikanya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan nabi
Muhammad saw dan tidak beriman kepada al-qur’an.
2. Allah
Swt maha mengetahui sikap dan perilaku orang-orang beriman yang selama hidup di
dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak
beriman kepada-Nya.
3. Orang
beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinanya. Ia tegar meskipun
hidup di tengah orang-orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
Ayat
diatas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara
menghargai perbedaan dan toleransi antara lain tidak mengganggu aktivitas keagamaan
orang lain. Rsulullah saw bersabda :
Artinya
: Dari Ibn Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : “ Sebaik –baik
sahabat di sisi Allah swt adalah orang yang paling baik diantara mereka
terhadap sesama saudaranya. Dan sebaik-baik tetangga disisi Allah swt adalah
yang paling baik diantara mereka terhadap tetangganya.” (HR. Attirmizy)
B. Menghindarkan
Diri Dari Tindak Perilaku Kekerasan
Manusia
dianugerahi oleh Allah swt berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia dapat
merasa benci dan cinta. Denganya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan
permusuhan. Denganya pulsa manusia bisa mencapai kesempurnaan ataupun
kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang
akan mampu menghantarkan manusia kepada kesempurnaan. Namun sebaliknya, jika
nafsu diluar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang
kesengsaraan dan kehinaan.
Permusuhan
berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana cinta,
benci pun berasal dari nafsu yang harus bertumpu diatas pondasi akal.
Permusuhan diantara manusia terkadang karena kedengkian pada hal-hal duniawi
seperti pada kasus Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as dan
saudara-saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan
keyakinan.
Islam
melarang perilaku kekerasan terhadap siapapun, Allah swt berfirman :
Penerapan hukum tajwid
Arti kata/kalimat
Artinya
: “ Oleh harena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang
siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas),
atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh semua manusai. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya
rasul-rasul kami telah datang kepada mereka dengan ( membawa ) keterangan
–keterangan yang jelas. Tetapi kemudia banyak diantara mereka setelah itu
melampaui batas dibumi.” (Q.S. al-maidah/5:32)
Allah menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah
peristiwa pembunuhan Qb\abil Habil, Allah menetapkan suatu hukum bahwa membunuh
seorang manusia, sama dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga
menyelamatkan kehidupan seorang manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh
manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial dimana masyarakan bagaikan
sebuah tubuh, sedangkan individu-individu masyarakat merupakan anggota tubuh
tersebut. Apabila semua anggota tubuh sakit, amka anggota tubuh yang lainya pun
ikut merasakan sakit.
Begitupula apabila seseorang berani
mencemari tanyanya dengan daramh orang yang tak berdosa, maka hakikatnya dia
telah membunuh manusia-manusia lain yang tak berdosa. Dari segi sistem
penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah menyebabkan hancurnya generasi
besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan lahir didunia ini. Al-qur’am\n
memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan jiwa manusia dan menganggap
membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh sebuah masyarakat.
Pengadilan di negara-negara tertentu
menjatuhkan hukuman qisas, yaitu membunuh orang yang telah membunuh. Di
Indonesia juga pernah dilakukan hukuman mati bagi para pembunuh.
Dalam Q.S. al-maidah/5:32 terdapat tiga
pelajaran yang dapat dipetik
1. Nasib
kehidupan manusia sepanjang sejarang memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu,
terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat
manusia.
2. Nilai
suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia
dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan
pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka
qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat.
3. Mereka
yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seperti para dokter, perawat, polisi, harus mengerti nilai pekerjaan mereka.
Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan
menyelamatkan sebuah mansyarakat dari kehancuran.
Tugas
kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara mencintai tetangga,
orang-orang yang berada di sekitar kita. Artinya kita dilarang melakukan
perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan
melakukan tindakan kekerasan kepadanya.
Di
Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan,
termasuk kekerasan kepada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun
2002 dan UU NO. 23 Tahun 2004.
Penutup
Puji syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat kepada kami, sehingga
bisa mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam
ini dengan lancar.
Semoga
tugas yang telah kami buat ini dapat bermanfa’at bagi yang membacanya. Kami sebagai pembuat
makalah, berharap semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada teman-
teman dan semua pihak yang terlibat dalam proses percetakan makalah ini kami
ucapkan banyak terimakasih .
Kami
menyadari bahwa hasil buku tugas ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh
karna itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
TERIMAKASIH
0 Komentar untuk " MAKALAH TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA"